Jumat, 20 Januari 2012

SUKU MAKASSAR

Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkassara' berarti Mereka yang Bersifat Terbuka. Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adudomba Belanda terhadap Kerajaan taklukannya. Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan suku Bugis yang serumpun. Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah kedua etnis ini. Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dimatikan, mengingat Suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Dimanapun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa memerangi Belanda disana. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui
 
Pada dasarnya masyarakat masyarakat asli makassar ada pada kabupaten gowa dimana dahulu kala gowa adalah sebua kerajaan besar yang mencakup banyak kekuasaan bahkan kekuasaanya mencapai afrika selatan dan brunai darusalam itu adalah masa kejayaan kerajaan gowa pada masa pemerintahan sutltan hasanuddin yang sering di gelar ayam jantan dari timur, namun pada masa perlawanan melawan penjajah kerajaan gowa mengalami kekalahan perang melawan belanda dan kerajaan bone pada masa itu sehingga hal itu membuat banyak kekacauan dan kerugian besar bagi masyarakat gowa.
Sejak saat itulah banyak orang orang makassar yang mayoritas berbahasa asli  makassar yang berpindah ke daerah pegunungan selain untuk membuat strategi perang juga melakukan perang secara gerilya di hutan hutan gunung lompo battang, banyak sekali orang makassar membentuk kelompok-kelompok kecil dan membuat latihan perang mereka, kepergian mereka dari kerajaan gowa bukanlah tanpa alasan, karna pada masa pemerintahan anak sultan hasanuddin saat itu orang gowa harus menerima sebuah perjanjian yang amat merugikan masyarakat gowa maka dari itulah banyak orang gowa yang pergi meninggalkan ibukota kerajaan dan beralih memasuki hutan gunung lompobattang dan sejak saat itulah mereka mulai menetap di sana dan pada masa kemerdekaan mereka mulai membangun pedesaan pedesaan yang mereka huni sampai sekarang.
Bahasa asli makassar sebenarnya masih terjaga baik di daerah gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung lompobattang dimana di desa desa ini keaslian bahasa masih terjamin karena belum tercampuri oleh perkembangan bahasa moderen maupun teknologi,.
Di banyak tempat di kabupaten gowa ini memang mayoritas orang makassar dan berbahasa makassar namun juga sudah banyak sekali bahasa makassar yang asli yang di hilangkan bahkan sudah banyak bahasa makassar yang tercampur dengan bahasa bugis, konjo dan lain lain padahal bahasa asli orang makassar adalah bahasa makassar (lontara,) bukan konjo ataupun yang lainya.
Di zaman sekarang ini sudah sangat susah menemukan orang yang berbahasa makassar secara original atau asli, Namun kita masih bisa menemukan bahasa alsli makassar di daerah itu seperti di (lembang bu’ne, lembayya, cikoro, datara, tanete, dan seputaran malakaji. Berikut adalah daftar kabupaten di sulawesi selatan yang memakai bahasa makassar dalam keseharian :
1.   Gowa
2.   Takalar
3.   Jeneponto
4.   Bantaeng
5.   Bulukumba
                                                     
Perkembangan Religi / Agama
Sejak dahulu, masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki aturan tata hidup. Aturan tata hidup tersebut berkenaan dengan, sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepecayaan. Orang Bugis menyebut keseluruhan sistem tersebut Pangngadereng, orang Makassar Pangadakang, Orang Luwu menyebutnya Pangngadaran, Orang Toraja Aluk To Dolo dan Orang MandarAda’.
Dalam hal kepercayaan penduduk Sulawesi Selatan telah percaya kepada satu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah Dewata SeuwaE (dewa yang tunggal). Terkadang pula disebut oleh orang Bugis dengan istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Makassar sering menyebutnya dengan Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Mandar Puang Mase (yang maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia).
Mereka pula mempercayai adanya dewa yang bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di Gunung Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan bahwa dewa tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkanPatotoEDewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagai dewa penjajah. Ia telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang Malili dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang, kastaPampawa Opu, kasta Attana Lang, dan kasta orang kebanyakan.

Perkembangan Bahasa 
Selain itu Batara Guru juga dipercaya membawa enam macam bahasa. Keenam bahasa tersebut dipergunakan di daerah-daerah jajahannya. Keenam bahasa itu adalah:
a. Bahasa TaE atau To’da. Bahasa ini dipergunakan masyarakat yang bermukim di wilayah Tana Toraja , Massenrengpulu dan sekitarnya. Mereka dibekali dengan kesenian yang bernama Gellu’.
b. Bahasa Bare’E. Bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Poso Sulawesi Tengah. Mereka dibekali dengan kesenian yang disebutnya Menari.
c. Bahasa Mengkokak, bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Kolaka dan Kendari Sulawesi Tenggara. Mereka pula dibekali dengan kesenian, yang namanya Lulo’.
d. Bahasa Bugisi. Bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di Wajo seluruh daerah disekitarnya dan dibekali dengan kesenian Pajjaga.
e. Bahasa Mandar. Bahasa ini dipergunakakan oleh masyarakat yang berdiam di wilayah Mandar dan sekitarnya. Mereka dibekai dengan kesenian Pattundu.
f  Bahasa Tona. Bahasa ini dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Makassar dan sekitarnya. Mereka dibekali dengan kesenian dan sebutnya Pakkarena.

 Proses Asimilasi dan Enkulturasi Pada Suku Makassar
Pada proses asimilasi Suku Makassar terdapat percampuran dari budaya asing yang masuk ke suku makassar dan kemudian menjadi bagian dari adat masyarakat suku makassar. Seperti pada upacara kematian suku makassar, terdapat suatu tradisi yaitu membuat usungan (ulureng) untuk golongan to sama’ (tau samara = orang kebanyakan) atau Walasuji ( untuk golongan bangsawan ) yang terbentuk 3 susun. Pada masa ini budaya seperti itu sudah terlupakan oleh masyarakat asli makassar. Masyarakat asli makassar yang berdomisili di kota Makassar mulai bercampur kebudayaaannya dengan budaya masyarakat perkotaan atau urban yang sifatnya efisien dan tidak memakan waktu lama.  Hal itu terlihat dari mulai dari upacara pemakaman yang berlangsung sangat singkat dan tidak menggunakan adat- adat yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat suku asli Makassar.
Proses enkulturasi pada masyarakat Makassar yaitu adat istiadat pada masyarakat suku makassar yang kemudian akan berkembang menjadi norma-norma dan bagian dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma tersebut kemudian menjadi sebuah aturan yang akan menetap pada kehidupan suku asli Makassar. Ketika norma itu tidak di taati atau dipenuhi maka akan orang yang melanggarnya mungkin tidak dikenai sanksi hukum tetapi akan di berikan stigma buruk oleh masyarakat Suku Makassar

Kaitan Antara Psikologi Lintas Budaya dari Segi Moral dan Kepribadian

Pada adat istiadat suku Makassar asli dapat dilihat bahwa masyarakat suku Makassar asli sangat menghormati ritual-ritual yang harus dilakukan sebelum melangsukan suatu acara. Para masyarakat tersebut percaya bahwa dengan melakukan ritual tersebut maka akan mendapatkan perlindungan dari Tuhan dan setiap apa yang dikerjakan akan di berkahi oleh Yang Maha Kuasa. Hal ini kemudian yang membentuk perilaku manusia untuk selalu menjalankan ritual sebelum melakukan sesuatu hal yang sudah di rencanakan. Bila ritual ini tidak dilakukan maka akan membuat seseorang merasa tidak yakin dengan apa yang dikerjakan dan khawatir akan mencapai kegagalan. Dari segi moral dapat dilihat bahwa masyarakat suku asli makassar akan hidup sesuai dengan norma-norma yang diterapkan. Norma tersebut yang akan membuat seseorang menjadi lebih baik dalam bersikap dan bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat

Kamis, 19 Januari 2012

Tugas Lintas Budaya Individu

Tugas Psikologi Lintas Budaya

Nama    : Yanita Rajagukguk
Kelas    : 3 PA 07
NPM    : 16509286

1. Pengertian Psikologi Lintas Budaya Menurut Tokoh 
Jawab  :
Psikologi Lintas menurut Brislin, Lonner dan Thorndike, (dalam Berry dkk, 1997:2) adalah kajian empiris mengenai anggota beberapa kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku. Psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematis mengenai peilaku dan pengalaman, sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya berbeda yang dipengaruhi budaya yang bersangkutan (Berry dkk, 1997:2).
Menurut Berry psikologi lintas budaya berkutat tentang kajian sistematis mengenai prilaku dan pengalaman , sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya berbeda yang dipengaruhi budaya yang bersangkutan.

2. Ruang Lingkup Psikologi Lintas Budaya
Jawab :
    Adapun ruang lingkup dari ilmu psikologi lintas budaya adalah :
a. Pewarisan dan Perkembangan Budaya
b. Budaya dan Diri (Self)
c. Persepsi
d. Kognisi & Perkembangannya
e. Psikologi Perkembangan
f. Bahasa
g. Emosi
h. Psikologi Abnormal
i. Psikologi Sosial

3. Hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu lainnya

Jawab:
•    Hubungan Psikologi Lintas budaya dengan antropologi adalah:
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya.
Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya. Hubungan psikologi dengan antropologi. Kategori yang sering digunakan untuk merujuk kelompok budaya adalah etnisitas dan bahasa. Sebuah kelompok etnik diposisikan sebagai satu kelompok budaya. Demikian juga masyarakat yang menggunakan bahasa khasnya sendiri diperlakukan sebagai satu kelompok budaya khusus. Asumsinya mendasarkan pada pendapat Jacques Lacan, yang menyatakan bahwa manusia terkungkung pada bahasa yang digunakannya. Bahasa adalah penentu budaya manusia. Dunia dipahami manusia dari kelompok budaya berbeda secara berbeda karena bahasa yang digunakan untuk memahaminya juga berbeda.
Oleh karena itu orang minang, meskipun dilahirkan di luar Sumatera Barat, namun sepanjang ia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa minangkabau, maka ia semestinya dimasukkan dalam kelompok budaya minangkabau. Sebaliknya apabila dia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa jawa, maka semestinya ia dikelompokkan ke dalam kelompok budaya jawa, meskipun ibu bapanya orang minang. Lantas bagaimana bila ibu minang, bapak jawa dan sang anak dibesarkan dengan bahasa indonesia, apakah kemudian sang anak menjadi kelompok budaya indonesia dan tidak menjadi minang ataupun jawa?
Pada umumnya penelitian psikologi lintas budaya dilakukan lintas negara atau lintas etnis. Artinya sebuah negara atau sebuah etnis diperlakukan sebagai satu kelompok budaya. Dari sisi praktis, hal itu sangat berguna.
 Meskipun hal tersebut juga menimbulkan persoalan, apakah sebuah negara bisa diperlakukan sebagai satu kelompok budaya bila didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya indonesia? Dalam posisi seperti itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa indonesia menjadi dasar untuk menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam satu kelompok budaya. Pada akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan pengelompokan budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis, bahasa, atau wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau malah kurang relevan.
•     Hubungan Psikologi Lintas budaya dengan psikologi social
    Psikologi social mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya, Psikologi lintas budaya juga sama mempelajari individu dengan masyarakat selain itu juga mempelajari individu dengan antar masyarakat yang berbeda.
•     Hubungan psi lintas budaya dengan kepribadian
Hal paling menarik dari hubungan kepribadian dengan konteks lintas budaya adalah masalah locus of control. Sebuah konsep yang dibangun oleh Rotter (1966) yang menyatakan bahwa setiap orang berbeda dalam bagaimana dan seberapa besar kontrol diri mereka terhadap perilaku dan hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungan.
Locus of control kepribadian umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan arahnya, yaitu internal dan eksternal. Individu dengan locus of control eksternal melihat diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain melihat mereka. Sedangkan locus of control internal melihat independency yang besar dalam kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
    Sebagai contoh adalah penelitian perbandingan antara masyarakat Barat (Eropa-Amerika) dan masyarakat Timur (Asia). Orang-orang Barat cenderung melihat diri mereka dalam kaca mata personal individual sehingga seberapa besar prestasi yang mereka raih ditentukan oleh seberapa keras mereka bekerja dan seberapa tinggi tingkat kapasitas mereka. Sebaliknya, orang Asia yang locus of control kepribadiannya cenderung eksternal melihat keberhasilan mereka dipengaruhi oleh dukungan orang lain ataupun lingkungan.
•    Budaya dan Perkembangan Kepribadian
Kepribadian manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih jelas dan matang. Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi lingkungan dengan fungsi–fungsi bawaan sebagai dasarnya. Stern menyebutnya sebagai Rubber Band Hypothesis (Hipotesa Ban Karet). Seseorang diumpamakan sebagai ban karet dimana faktor-faktor genetik menentukan sampai mana ban karet tersebut dapat ditarik (direntangkan) dan faktor lingkungan menentukan sampai seberapa panjang ban karet tersebut akan ditarik atau direntangkan. Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan bahwa budaya memberi pengaruh pada perkembangan kepribadian seseorang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang anak yang tinggal bersama orangtua ketika beranjak dewasa tentunya sangat berbeda dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada anak yang tinggal di panti asuhan.
Selain itu, perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh semakin bertambahnya usia seseorang. Semakin bertambah tua seseorang, tampak semakin pasif, motivasi berprestasi dan kebutuhan otonomi semakin turun, dan locus of control dirinya semakin mengarah ke luar (eksternal).

4. Artikel tentang psikologi lintas budaya
Jawab :
    Perbedaan Budaya Barat Dengan Budaya Timur
Kebudayaan Barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat. Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan makna seperti apa yang sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya..

Kebudayaan Timur adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh di minum, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada pertumbuhan maupun terhadap fisik. Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang umumnya/mayoritas dilakukan sendiri, seperti : bersemedi, bertapa, berdo’a, beribadah, dll.
Sedangkan jika di simpulkan ilustrasi perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur ada 19 item, yaitu:
1. Opini/Pendapat
Orang Timur cenderung berbelit-belit dalam hal berargumen, terkadang harus berputar-putar dulu untuk mengatakan sesuatu, padahal maksudnya/tujuannya tidak serumit yang dimaksud. Sangat berbeda dengan orang Barat, mereka langsung ke pokok masalah dan mereka nggak biasa basa-basi.

2. Waktu
Orang Timur terkenal kurang menghargai waktu kalau ada janji kadang tidak tepat waktu. Berbeda dengan orang Barat mereka sangat menghargai waktu, sebab mereka paling enggak suka kalau janji jam karet alias telat waktu.
3.Gaya Hidup.
Orang Timur khususnya Indonesia sangat senang kalau tetap deket sama keluarga, makan kaga makan yang penting kumpul. Berbeda dengan orang Barat mereka cenderung individualis.
4.Hubungan.
Karna orang Timur sangat bersosialisasi atau menjalin hubungan lebih komplek, makanya situs jaring Facebook ataupun Friendster lebih banyak diminati oleh orang Timur, khususnya Indonesia. Berbeda dengan orang Barat mereka lebih individualis/sangat jarang menjalin hubungan dangan orang lain.
5. Perayaan / pesta
Jika ada perayaan atau pesta orang Timur lebih suka mengundang orang sebanyak, mungkin kalau sedikit rasanya nggak afdol / (kaga sah kali ya), Contohnya dalam acara pernikahan, benar-benar pemborosan, berbeda dengan orang Barat, mau acara pernikahan saja undangannya lewat Fax. dan nggak semua orang diundang, cukup kerabat atau teman dekat, lebih sederhana dan nggak boros biaya.
6. Terhadap sesuatu yang Baru
Orang Timur kalau ada sesuatu yang baru, belum puas kalau belum sampai memilikinya, makanya nggak heran kalau orang Indonesia banyak yang konsumtive, punya handphone gonta ganti, bahkan ada yang koleksi HP, mobil tiap tahun gonta-ganti, hanya karena nggak mau ketinggalan model. Berbeda dengan orang Barat Barat kalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta keblinger pengen tahu dan pengen memiliki atau memakainya , hanya sekedar tahu saja..
7. Anak
Dikeluarga orang Timur terutama di Indonesia, perlakuan orang tua terhadap anak sudah sangat memanjakan, sehingga anak tidak mandiri, sampai usia dewasapun sang orang tua tetap masih aja ngurusin anaknya, dengan harapan keturunan mereka bisa lebih langgeng dan sukses. Berbeda dengan keluarga orang Barat, anak-anak mereka dididik supaya mandiri semenjak kecil, setelah dewasa orang tua sudah melepaskannya.

8.Trendi
Jika orang Barat lebih seneng sesuatu yang berbau traditional dan alami, kebalikannya kalau orang Asia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke barat-baratan, contoh : orang Timur lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food, padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja.
9.Atasan/Bos
Ini yang menarik, orang Timur/Asia umumnya memperlakukan atasan lebih dari yang lainnya, dan sang atasannya pun senang diperlakukan seperti itu. Berbeda jika di Barat, atasan tidak terlalu menonjolkan diri sebagai yang punya kuasa penuh, tetap sejajar dengan bawahan, namun tetap punya kekuasaan dan diakui sebagai atasan.
10.MasaTua
Kalau orang Timur masa tua lebih banyak ngurusin cucu, kalau di Barat nggak ada namanya ngasuh cucu, paling banter sekedar ketemuan itu pun kalau kangen saja, karena hidupnya sudah masing-masing.
11. Transportasi
Dahulu orang Barat sewaktu muda lebih suka pakai mobil, sekarang malah lebih suka pakai sepeda, mungkin karena faktor pentingnya kesehatan berbeda dengan orang Timur, kalau dulu masih pakai sepeda (mampunya beli sepeda) sekarang sudah harus pakai mobil, kalau mampu lagi pakai supir pribadi.
12.Di tempat makan
Ditempat makan, kalau orang Barat cenderung tertib jika sedang makan, nggak rame dan seberisik orang Timur.
13.Wisata
Kalau lagi wisata, orang Timur paling suka foto-foto, sangat beda sama orang Barat, kalau ke tempat wisata mereka lebih suka mengamati keindahan suasana ketibang foto-foto.
14.Keindahan tubuh ideal
Orang Barat merasa ideal punya warna kulit tubuh kecoklat-coklatan, makanya sering berjemur dipantai, beda kalau orang Timur terutama orang Indonesia, malah sangat mendambakan warna kulit putih.
15.Menghadapi masalah
Kalau orang Timur lebih umum berpikiran bagaimana supaya bisa menghindari masalah, berbeda dengan orang Barat, bagaimana jika saya menghadapi suatu masalah. Makanya jangan heran kalau di Indonesia orang mau sukses ambil jalan pintas, mau bisnis sukses, main suap rekan bisnis, mau anak sukses jadi pegawai negeri, main suap sana suap sini, mau jadi caleg, asal punya duit jadi deh nomor urut 1, nggak sedikit yang datang ke dukun supaya lebih tercapai cita-cita jadi anggota dewan.
16.Marah
Kalau orang Barat lagi marah memang benar-benar marah, beda kalau orang Asia lebih banyak memedam amarah, terkadang ada istilah dibalik senyuman ada kebencian.
17.Percaya Diri
Suka tidak suka orang Barat lebih percaya diri dibanding orang Timur.
18.Hari Minggu
Orang Timur lebih suka menghabiskan waktu hari libur Sabtu dan Minggu pergi jalan-jalan sekedar pergi ke Mall, nonton bisokop, kongkow-kongkow, beda dengan orang Barat, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibanding pergi jalan-jalan.
19.Makan
Umumnya orang Barat makan dibagi 3, makan pembuka, makanan Utama, dan makanan penutup, beda kalau orang Timur ketiga-tiganya makanan utama.


DAFTAR PUSTAKA
http://mhikkyu.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html
http://wahidjamet.blogspot.com/2011/03/perbedaan-budaya-barat-dengan-budaya.html
Jumarin,L.Dasar-Dasar Konseling Lintas Budaya.2002.Jakarta : Pustaka Pelajar

Sabtu, 26 Februari 2011

Teori Freud & Erikson yang menggambarkan Kepribadian ...

1. Teori Kepribadian Sigmund Freud
                Sigmund freud disebut juga sebagai Bapak Psikoanalisa yang lahir di Moravia , 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya merupakan sebahagian kecil saja dari seluruh kehidupan psikis .Ia beranggapan untuk memahami kepribadian manusia , psikologi kesadaran tidaklah mencukupi, orang harus menjelajah secara mendalam ke daerah ketidaksadaran. Pokok-pokok teori Freud mengenai kepribadian, yaitu
               Struktur Kepribadian
             Ada 3 struktur kepribadian menurut Freud ,yaitu :
  • ·         Das Es (Id)
                 Das Es atau disebut juga dengan Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam kepribadian, dari  aspek inilah kedua aspek yang lain akan tumbuh. Das Es berisikan hal-hal yang dibawah sejak lahir( unsur-unsur biologis), termasuk instink .Id lebih berorientasi pada kesenangan ( pleasure principle ). Id merupakan sumber energi psikis , maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan atau dorongan-dorongan biologis ( makan,minum, tidur,dll )dan instink kematian/instink agresif(tanatos) yang menggerakkan tingkah laku. Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh 2 proses, yaitu : refleks dan proses primer ( the primary process ).  Refleks merupakan reaksi mekanis/otomatis yang bersifat bawaan ,cth : bersin dan berkedip . Sedangkan proses primer merupakan reaksi psikologis yang lebih rumit . Proses primer berusaha mengurangi tegangan dengan melakukan fantasi atau khayalan .Misalnya pada saat lapar menghayalkan makan, pada saat dendam menghayalkan balas dendam, dsb. Namun rasa lapar tidak akan segera hilang hanya dengan kita menghayalkan makanan .Oleh karena dengan proses primer tidak dapat mereduksi ketegangan atau memenuhi keinginan atau dorongan maka cara atau proses baru perlu di kembangkan. Atas dasar inilah komponen kepribadian kedua terbentuk ,yaitu Ego ( Das Ich ).

  • ·         Das Ich ( Ego ) 
                Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan ( decision maker ) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas ( reality principle ) . Peran utama ego adalah sebagai moderator ( perantara) atau yang menjembatani antara id  ( keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar ( eksternal social world ) yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertugas untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.

  • ·         Das Uber Ich ( Super ego )
                Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang berkaitan dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk , benar dan salah. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah( rewards)  dan menghindari hukuman ( punishment ) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk kata hati (conscience) anak , sedangkan apabila tingkah lakunya baik maka peristiwa itu membentuk ego-ideal anak.

Ø             Dinamika Kepribadian
         Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energi psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan ( anxiety ). 
  • ·         Instink 
                 Merupakan kumpulan hasrat atau keinginan. Freud membagi instink menjadi 2 bagian yaitu : instink hidup dan instink mati. Dimana instink hidup yang merupakan motivasi dasar manusia y mendorong manusia untuk berperilaku secara positif dan konstruktif , instink ini merupakan dorongan jasmani seperti lapar, haus, seks . Sedangkan instink mati merupakan motif dasar manusia yang mendorong untuk bertingkah laku negatif .

  • ·         Pendistribusian dan penggunaan energi psikis 
                 Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi psikis, baik oleh id, ego maupun superego.

Ø                 Perkembangan Kepribadian
             Perkembangan kepribadian berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual yaitu tahapan periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian masa dewasa. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia sebagian besar ditentukan oleh perkembangan seksualitasnya. Tahapan perkembangan menurut Freud :
  • ·         Tahapan Oral 
                Berorientasi di mulut, mulut sebagai sumber kenikmatan erotis maka anak akan menikmati peristiwa menyusui dari sang ibu . Ketidakpuasan pada masa oral akan menimbulkan gejala regresi ( kemunduran ), gejala perasaan iri hati. Reaksi dari kedua gejala itu dapat dinyatakan dalam beberapa tingkah laku seperti : mengisap jempol, mengompol, membandel, dll . Selain itu juga berdampak kepada perkembangan kepribadian anak seperti : merasa kurang aman, selalu bergantung kepada orang lain, egosentris , selalu meminta perhatian dari orang lain. Bagi anak yang mengalami kepuasan yang lebih padahal ini , iya juga memiliki dampak yang negatif, seperti : anak akan menampilkan pribadi yang kurang mandiri, bersikap rakus, haus perhatian dari orang lain .

  • ·         Tahapan Anal 
                  Berorientasi di daerah anus , terjadi pada anak di usia kira-kira 2 sampai 3 tahun. Pada tahap ini anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar yang di alami anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian ketegangan, rasa senang dan nikmat. Pada tahap ini anak juga di tuntut hidup bersih, tidak ngompol, tidak buang air kecil sembarangan . Pada tahap ini orang tua mengembangkan latihan kebersihan yang disebut dengan Toilet Training . Ada beberapa cara orang tua untuk memberikan latihan ini , cara itu juga memiliki dampak tersendiri bagi perkembangan anak, yaitu : cara pelatihan yang keras akan berdampak : bersikap berlebihan dalam ketertiban atau kebersihan , bersikap kikir, stereotif atau kurang kreatif , penakut , dsb. Cara pelatihan yang selalu memuji berdampak : selalu ingin dipuji, kurang mandiri ( manja). Cara pelatihan dengan sikap pengertian berdampak : anak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri, egonya berkembang dengan wajar.

  • ·         Tahapan Falik 
                  Tahapan ini berlangsung kira-kira usia 4 sampai 5 tahun. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau senang memainkan alat kelaminnya sendiri .Pada masa ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama terkait dengan iklim kehidupan sosiopsikologi keluarga atau perlakuan orang tua kepada anak. Pada tahap ini anak masih bersifat “selfish”, sifat lebih mementingkan diri sendiri, belum berorientasi ke luar atau memperhatikan orang lain.

  • ·         Tahapan Latensi 
                 Tahap latensi berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun (masa sekolah dasar). Tahapan ini merupakan masa tentang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau di repres. Dengan kata lain masa ini adalah periode tertahannya dorongan sex dan agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuan bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah , bermain, olahraga , mulai menaruh perhatian untuk berteman namun mereka belum naruh perhatian yang khusus kepada lawanb jenis.

  • ·         Fase Genital 
                 Tahap ini dimulai sekitar usia 12 atau 13 tahun. Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini di tandai dengan matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini, instink seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang lain, atau mulai berkembang motif altruis. Masa ini di tandai dengan proses pengalihan perhatian dari mencari kepuasaan atau kenikmatan sendiri.


2. Teori Kepribadian Erik Erikson
                            Erik Erikson lahir di kota Frankfurt, Jerman tanggal 15 Juni 1902.Erikson adalah seorang Freudian dan penulis utama psikologi ego. Artinya erikson pada dasarnya menerima gagasan Freud termasuk gagasan yang belum pasti seperti oedipal complex ,dan menerima gagasan tentang ego yang didukung oleh para pendukung setia Freudian . Erikson memandang identitas ego sebagai polarisasi dari seseorang itu menurut perasaan dirinya sendiri dan apa seseorang itu menurut anggapan orang lain.

Ø              Ego Kreatif
          Erikson memandang ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri secara kreatif dan otonom. Ia menjelaskan bahwa ego ini mempunyai kreativitas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak hanya di tentukan oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri individu tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial dan budaya tempat individu itu berada. Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan , penghargaan otonomi ,kemauan ,kerajinan, kompetensi, identitas , kesetiaan , dll .

Ø              Teori Perkembangan Psikososial
          Erikson mengatakan bahwa perkembangan itu memiliki prinsip epigenetik , mksdnya adalah prinsip ini menjelaskan bahwa kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki identitas yang tidak berbeda dengan organisme yang baru dan bagaimana pun perkembangannya itu bertahap. Perkembangan individu meliputi perkembangan psikososial dan psikoseksual . Ada 8 tahap perkembangan menurut  erikson, yaitu :

Tahap ( usia )
Krisis Psikososial
Lingkungan Sosial Utama
Modalities Psikososial
Virtue Psikososial
Maladaption & Malignancies
I ( 0-1) bayi
Trust vs mistrust
Ibu
Mengambil dan mengembalikan
Harapan , kepercayaan
Sensory distortion-Withdrawal
II ( 2-3) awal anak
Autonomy vs shame, adoubt
Orangtua
Mempertahankan, merelakan
Keinginan, penentuan
Impulsivity, compulsion
III (3-6) prasekolah
Initiative vs Guilt
Keluarga
Bermain
Kegunaan, Keberanian
Ruthlessness, Inhibition
IV ( 7-12) anak usia sekolah
Industry vs isolation
Tetangga dan sekolah
Melengkapi, membuat sesuatu bersama
Kompetensi
Narrow Virtuosity-Inertia
V ( 12-18) remaja
Ego-identity vs role confusion
Teman sebaya, role models
Menjadi diri sendiri
Ketaatan. Kesetiaan
Fanaticism, Repudiation
VI ( 20 ) dewasa awal
Intimacy vs Isolation
Partner, teman
Kehilangan dan menemukan diri dalam orang lain
Cinta
Promiseuity- Exclusivity
VII ( 20-50) dewasa madya
Generativity vs self absorption
Rumah tangga, teman kerja
Menjaga
Kepedulian
Overextension, penolakan
VIII( 50) usia tua
Intergrity vs despair
Kehidupan manusia
To be, throught having been, to face not being
Kebijaksanaan
Kesombongan, putus asah



Jumat, 18 Februari 2011

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Kesehatan mental mulai menjadi perhatian banyak orang sejak perang dunia ke II .Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang-orang namun menjadi sesuatu yang perlu di perhatikan .Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental di Dunia .
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.[1]
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
 1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental. 2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental di Indonesia 

  1.Dulu Kala
G. jiwa dianggap kemasukan
Terapi : mengeluarkan roh jahat

2.Zaman Kolonial
Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU – yang ditampung, hanya yg mengalami gangguan Jiwa berat

3.1 Juli :
- 1882 : RSJ pertama di Indonesia
- 1902 : RSJ Lawang
- 1923 : RSJ Magelang
- 1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan
Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan (custodial care)
- Stigma
- Keluarga menjauhkan diri dari pasien

4.Dewasa Ini hanya satu jenis RSJ yaitu RSJ punya pemerintah

5.Sejak tahun 1910 – mulai dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan )
6.Mulai tahun 1930 dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian

7.Selama Perang Dunia II & pendudukan Jepang upaya kesehatan jiwa tak berkembang

8.Proklamasi perkembangan baru
- Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa ( belum bekerja dengan baik)
- Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa – meningkatkan penyelenggaraan pelayanan

9.Tahun 1966
- PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa
- UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh pemerintah
- Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) Dgn instansi diluar bidang kesehatan

10.Tahun 1973 PPDGJ I yg diterbitkan tahun 1975 ada integrasi dgn puskesmas

11.Sejak tahun 1970 an : pihak swastapun mulai memikirkan masalah kes. Jiwa

12.Ilmu kedokteran Jiwa berkembang
- Adanya sub spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman
- Setiap sub Direktorat dipimpin oleh 4 kepala seksi
Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalma 3 sub Program yang diputuskan pada masyarakat dengan prioritas pada  Heath Promotion
Sub Prgoram Perbaikan Pelayanan :
- Fokus Psychiatic – medical – Care
- Penekanan pada curative service ( treatment) dan rehabilitasi
Sub Program untuk pengembangan sistem
- Fokus pada peningkatan IPTEK, Continuing education, research administrasi dan manajemen, mental health information
Sub Program untuk establishment community mental health :
- Diseminasi Ilmu
- Fasilitasi RSJ swasta – perijinan
- Stimulasi konstruksi RSJ swasta
- Kerja sama dgn luarg negeri : ASEAN, ASOD, COD, WHO dan AUSAID etc